12 Comment
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
KATA PENGANTAR


Banyak orang tak mengenal negeri Turkistan. Tetapi bagi umat Islam, tak kenal dengan salah satu negeri Islam yang kemasyhurannya hampir menyamai Andalusia, sangatlah aib. Bukankah nama-nama ilmuwan kita berasal dari sana? Al-Bukhari, Al-Biruni, Al-Farabi, Abu Ali Ibnu Sina, dan sejumlah tokoh lainnya yang sampai kini merupakan tokoh-tokoh paling tak terlupakan umat Islam, berasal dari negeri tersebut.

Turkistan terletak di Asia Tengah dengan penduduk mayoritas keturunan Turki, merupakan salah satu benteng kebudayaan dan peradaban Islam. Pada abad ke-16 sampai abad ke-18, bangsa Cina dan Rusia mulai mengerlingkan nafsu angkaranya ke Turkistan dan mulai berfikir tentang kemungkinan untuk melakukan ekspansi teritorial. Cina mulai bergerak menaklukkan Turkistan Timur dan kemudian merubah namanya menjadi Sinkiang, sementara Turkistan Barat telah lebih dahulu dicaplok Rusia. Dengan berbagai alasan politik, Soviet menghapuskan nama Turkistan dari peta dunia dan memancangkan nama Republik Soviet Uzbekistan, Republik Soviet Turkmenistan, Republik Soviet Tadzhikistan, Republik Soviet Kazakestan, dan Republik Soviet Kirgistan.

Atas aksi ekspansionis tersebut, Turkistan negeri Islam tersebut kini benar-benar telah raib (musnah) dari peta dunia. Penjajah Rusia dan Cina telah memecah-belahnya menjadi negara-negara boneka yang kini termasuk bagian dari Republik Sosialis Unisoviet dan Republik Rakyat Cina, dua komunis terbesar di dunia.


Komunis Cina telah mengadakan penghancuran total di Turkistan Timur, Agama Islam, umatnya, kebudayaan dan sejarahnya hendak dibumi-hanguskan dengan segala kekejaman yang kelewat batas. Jiwa-jiwa manusia yang semula merdeka dieksploitasi sedemikian rupa sehingga hampir-hampir mustahil sebagai perbuatan manusia.


Tragedi Turkistan kami sajikan di sini dalam bentuk roman yang tetap berpijak pada kejadian sejarah sesungguhnya.


Najib Al-Kailany, seorang sastrawan terkenal dari Mesir menyajikan dengan penuh nuansa, menggugah rasa keprihatinan kita atas nasib yang menimpa saudara-saudara kita yang sangat tertindas.

Demikian buku ini kami sajikan untuk menggugah dan membangkitkan kesadaran negara-negara muslim merdeka untuk turut berpartisipasi memerdekakan nasib suatu bangsa yang tertindas; untuk menyelamatkan umat dan akidah Islam dari penjajahan komunis.
Dengan kemampuannya bercerita dengan menghadirkan fakta-fakta yang nyata terjadi, Najib Al-Kailany seorang sastrawan Mesir yang kemasyhurannya dapat disejajarkan dengan pengarang-pengarang lai, seperti Musthafa Mahmud, Ali Ahmad Baaktsir, dan Toha Husain ini, membuat roman sejarah “Turkistan, Negeri Islam yang hilang”, terasa enak dibaca. Sebagaimana karya-karyanya yang lai, seperti; Nurullah, ‘Amaliqah Minasy-Syamal (Raksasa dari Utara) Sirah Asy-Syuja’ (Perjalanan Hidup Sang Pemberani), Qatilu Hamzah (Pembunuh Hamzah), Dam Lifathir Shuhyun (Setetes Darah untuk Zionis) dan lain-lain, maka “Layaali Turkistan” (Turkistan Negeri Islam yang Hilang) menyodorkan sisi-sisi kehidupan religius yang lekat dan mendalam.
PROFIL PENDEKAR KUNO TURKISTAN
Di daerah Turkistan terdapat beberapa suku asli seperti Tayli, Kimak, Doghan, Oirat, Kitan, Mongol, Naiman, Tatar, Wigu, Mandsyu dan Kati telah memiliki sejenis ilmu bela diri purba.
Thifan Po Khan yang berarti kepalan tangan bangsawan Turkistan merupakan ilmu beladiri yang berasal dari perpaduan beragam aliran beladiri di dataran Saldsyuk sampai dataran Cina dari suku-suku tersebut.
Informasi mengenai profilnya sulit kita dapatkan karena sedikit literatur yang mengulasnya. Berikut ini adalah gambar-gambar profil pendekar suku mongol, Saldsyuk dan Wigu di Turkistan yang didapat dari ilustrasi dan barang-barang peninggalan purbakala.
Prajurit mengenakan baju Mongol, 714H, 1314M.

Baju Mongol

Prajurit mengenakan baju senjata Mongol

Senjata Mongol

Prajurit mengenakan baju pelindung Mongol

Baju Pelindung

Foto pria raksasa Mongol tahun 1922 di Ibukota Ulanbator
Prajurit pemanah Mongol


Panah Mongolia

Pangeran Saljuk,Rukn al-din Sulayman,memerintah pada 592-600H,1195-1204M,Turki.

Koin Perunggu Pangeran Saljuk

Pendekar Prajurit Turkistan (Kazakh-Uyghur) 1933M

Pendekar Kazakh – Uyghur

Pendekar anak-anak Turkistan Timur(Uyghur) 1933M

Foto anak-anak Uyghur

Muslimah Turkistan Timur

Muslimah Turkistan Timur dan Keluarganya



Muslim Kyrgyzstan

Pria muslim Kyrgyzstan dengan baju tradisionalnya

Pustaka:
The Crusade; Islamic Perspective, karangan Carole Hillenbrand, Edinburgh University Press, 1999.

PETA SEJARAH TURKISTAN TIMUR

Peta sejarah Turkistan Timur
Thifan adalah nama suatu daerah di Negeri Turkistan Timur, daerah jajahan Cina yang kemudian diganti namanya menjadi Xin Jiang, yang artinya Negeri Baru. Namun kalau kita simak dalam atlas dunia, yang akan kita temukan adalah nama Turfan, daerah otonomi yang termasuk dalam wilayah Cina Utara. Turkistan Barat dijajah oleh Rusia yang memasukkannya ke dalam wilayah Uni Sovyet.


Peta Turkistan Timur dan Barat tahun 1800an

Deklarasi Turkistan

Deklarasi Turkistan tahun 1918

Deklarasi Turkistan Timur

Deklarasi Turkistan Timur tahun 1933

Deklarasi Turkistan Timur (12 November 1933) di Kasghar.. diperkirakan dihadiri oleh 25,000 orang dan 12,000 diantaranya adalah angkatan bersenjata.
Peta Turkistan Timur saat serangan militer Cina dan Soviet

Peta Negara Turkistan timur 1933-1934

Situasi mobilisasi untuk pendudukan Soviet di Turkistan Timur

Mobilisasi Soviet untuk pendudukan tahun 1937

Peta Turkistan Timur setelah jatuh ke tangan Cina

Peta Negara Turkistan Timur 1944-1950

Negosiasi Turkistan dengan Cina

Jenderal Mehmut bernegosiasi dengan pihak Cina

Pustaka: beladirithifan.blogspot.com/2010/11/peta-sejarah-turkistan-timur.html

Posting Komentar Blogger

  1. Saya tertarik untuk membaca sejarah asia tengah dan islam.
    Terimakasih dan saya share ke blog.

    BalasHapus
  2. Benar kata Soekarno, jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bgmnpun sejarah mrpkn jendela saya memahami kehidupan.
    Terima kasih,

    BalasHapus
  3. Semoga tidak terjadi di Indonesia... semoga semua muslim pribumi segera sadar dan tidak termakan isu anti toleran, terlalu banyak toleransi bisa berakibat fatal, ya Allah berilah hambaMu petunjuk ... Amin

    BalasHapus
  4. Toleransi, kita sudah toleransi.. Mari kita galakkan belajar beladiri guna persiapan jihad, Jihad internasioanal kalau bisa tapi syar'ie bukan seperti isis membantai sesama Muslim dan membiarkan kaum kafir.....
    Kita hanya bisa bertawakkal kita sudH dibodohi teramT jauh...

    BalasHapus
  5. Semoga masyarakat dan pemerintah..Indonesia segera menyadari bahaya laten..seperti di Turkistan, dan semoga segera diberi jalan keluar.

    BalasHapus
  6. kalau muslim indonesia tidak waspada dan bersatu, bukan tidak mungkin kita bisa menjadi seperti nasib Turkstan, yang saat ini terjajah oleh bangsa lain...

    BalasHapus
  7. Jangan mudah dipecah belah,tingkatkan persatuan dan kesatuan,cerdas dlm bertindak,jgn mudah terfrovokasi,jaga solidaritas kerukunan antar umat beragama

    BalasHapus
  8. Jangan mudah dipecah belah,tingkatkan persatuan dan kesatuan,cerdas dlm bertindak,jgn mudah terfrovokasi,jaga solidaritas kerukunan antar umat beragama

    BalasHapus
  9. Semoga Allah menyelamatkan bangsa Indonesia

    BalasHapus

 
Top